Selasa, 19 Januari 2016
Secangkir Kopi dan Kenangan Tentangmu
Udara malam ini terasa lebih dingin dari malam-malam sebelumnya. Aku merapatkan jaketku sambil menyeruput secangkir kopi hitam ditambah gula jawa. Aku bukan pecandu kopi sebenarnya, tetapi udara seperti ini mengundangku untuk menikmati secangkir kopi sekedar untuk menghangatkan badan.
Sebenarnya menyeruput kopi bukan ide yang bagus juga bagiku. Karena kopi selalu menyeret kenanganku akan kamu, tuan yang selalu beraroma kopi.
Hingga pada titik akhirnya aku dan kamu tidak pernah berhasil menjadi kita. Sahabat, ya itulah zona aman yang kita pilih, padahal dari awal kita sama-sama saling mengagumi dengan diam-diam.
Aku yang takut ketika kita lebih dari sekedar sahabat akan merubah semua yang kita rasa dan akan kikuk pada akhirnya.
Kamu yang takut pada jarak yang juga akan merubah rasa kita.
Dan pada akhirnya kita tetap menjadi aku dan kamu yang katanya adalah sahabat yang nyataya suatu saat juga akan menjadi kikuk.
Tidak, aku tidak menyesal mengenal kamu. Dari kamu aku belajar untuk menghargai sebuah nyawa. Dari kamu aku belajar untuk semakin merasa hidup dengan berbagi. Dari kamu aku belajar untuk selalu sederhana. Terima kasih untuk itu semua. Terima kasih sudah membuatku untuk berkali-kali jatuh hati pada jiwa besarmu.
Tidak terasa cangkirku hanya meninggalkan ampas kopi saja. Ah entah mengapa setiap meminum kopi tidak mempengaruhi rasa kantukku.
Kurapatkan kembali jaketku sambil ke dapur untuk meletakkan cangkirku di sana. "Sudah saatnya tidur dan cukup untuk me-recall semua kenangan tentangmu" benakku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ehem kenangan akan membuat melow pagi hari mba
BalasHapushihihi fiksi ini la :p
Hapuslho koq ceritanya hampir sama dengan saya yah...
BalasHapuslah kebetulan sekali ya Sam, hihihi...
Hapus