Biasanya Pacuan Kuda dilaksanakan selama seminggu penuh dan pada hari minggu merupakan puncak atau finalnya, jadi pada hari minggu hampir semua masyarakat Takengon atau dari beberapa kabupaten sekitar akan berdatangan memenuhi Lapangan Pacuan Kuda HM Hasan Gayo Belang Bebangka di Pegasing.
Untuk mencapai Lapangan jika kalian tidak memiliki kendaraan sebenarmya tidak sulit. Karena biasanya jika musim pacuan kuda seperti ini maka angkot atau yang lebih dikenal dengan sebutan labi-labi akan langsung masuk ke komplek lapangannya, jadi kita juga nggak perlu jalan jauh dari jalan utama menuju ke lapangannya. Untuk tarif normal penumpang hanya perlu membayar Rp 5.000, tetapi kadang suka dinaikin juga ongkosnya jadi Rp 7.000. Jadi jangan lupa bertanya dulu sebelum membayar ya. Dari pusat kota kalian tinggal mencari labi-labi yang bertuliskan TOA aja pasti langsung nyampe kok.
Pada hari minggu (23/8/2015) saya menuju ke Lapangan HM Hasan Gayo dengan menumpang labi-labi. Berangkat lebih pagi dapat menghindari kemacetan juga buat kita. Ya walau jarak dari pusat kota Takengon tidak terlalu jauh ke Lapangannya, tapi ya kalau sudah terjebak macet kan nggak asik juga.
Pacuan kuda ini biasanya dimulai sekitar jam 10 - 11 pagi. Nah datang lebih pagi juga memudahkan kita untuk mencari lokasi menonton yang bagus dan tidak berebutan dengan penonton yang lain. Ya tapi ingat-ingat jangan melewati pagar pembatas ya saat menonton. Karena kita kan nggak bisa menduga kudanya bisa berlari ke arah mana aja, ya demi keamanan tentunya.
Suasana tribunnya dilihat dari kejauhan, padat ya... |
Suasana di tengah lapangan. |
Pacuan kuda di Takengon ini masih bersifat tradisional. Jokinya biasanya berkisar antara anak-anak dan remaja, tetapi belum memiliki perlengkapan keamanan bagi jokinya.
Yang jualan juga rame, mulai dari yang jualan makanan, peralatan dapur, buah-buahan, pakaian baru maupun bekas, sampai yang jualan masker juga ada.
Abang-abang ini minta difoto dikirain sayanya wartawan sama mereka, hahaha... |
Jemblang atau Jambu Keling jajanan ini juga merupakan jajanan khas karena kebetulan masa panennya jatuh di bulan Agustus. |
Burung pipit ini banuak dibeli oleh anak-anak. Tapi kesian burungnya dicat gitu, tadinya saya kira itu warna alaminya :( |
Lagi-lagi sayanya dikirain wartawan, abang-abang supir labi-labi ini minta difotoin juga :D |
Tradisi pacuan kuda ini sudah berlangsung sejak abad ke-19. Dulunya dilakukan di pinggir Danau Lut Tawar sebelah timur sebelum pindah ke Lapangan Musara Alun di daerah kota sampai akhirnya dipindahkan lagi ke Lapangan HM Hasan Gayo ini.
Buat kalian yang memiliki waktu luang di bulan Agustus, event ini salah satu event yang sayang untuk dilewatkan teman-teman.
kereenn... masing2 daerah punya khas sendiri ya dalam menyambut Agustusan. klo disini gerak jalan :D
BalasHapusbtw Chi dikira wartawan, karena sibuk moto2 sana sini kali ya :D
Sama jenk Di, di sini juga ada gerak jalannya tapi udah basi mau diceritain di sini :))
Hapusevent yang tidak boleh ketinggalan :)
BalasHapusiya bener, sudah jadi tradisi soalnya :D
Hapuswaw mantabh sekalii...... pacuan kuda... saya trauma sih sama kuda, dl waktu SD pernah terlindas kereta kuda kaki saya sampai patah, untung masih kecil jd bisa normal lg....
BalasHapusWaduh Dihas syukur kamu nggak kenapa-napa ya, memang serem kalo ngelihat kuda lagi lari ya, takut deket2.
Hapuskereeenn, pingin liat langsung sekalian nyobain jambu keling nya
BalasHapuswah gile keren deh ci
BalasHapusklo di tmpat gue mah boro-boro seramai ini...
surem
hahahaa ternyata orang disana banyak yang narsis ya? liat org bawa kamera malah minta di poto2
BalasHapushoho yang liburan asik di kampung halaman :)
BalasHapus