Rabu, 04 Februari 2015

Suatu Sore di Ruang Tunggu



Suasana ruang tunggu di sebuah praktek dokter ahli jiwa sore itu terlihat lumayan ramai tetapi tenang.
Keriuhan muncul ketika kamu, seorang perempuan lain dan seorang gadis abg yang tampak asik mengoceh sendiri.

Mendapati keadaan seperti gadis abg itu tentu sudah bukan hal aneh jika kita berkunjung ke praktek ahli jiwa.
Yang menjadi sumber perhatianku adalah kamu.
Seorang perempuan muda yang mungkin masih berkepala dua.
Berpakaian sederhana dan memakai kacamata.
Raut cemas tampak di wajahmu tetapi tidak ada kepanikan di sana.
Tampak kamu dengan sabar dan lembutnya menjawab apa yang ditanya oleh adikmu.

Kemudian aku tau bahwa kalian adalah dua kakak beradik yang sudah ditinggalkan ibu kalian beberapa tahun yang lalu.
Dan tinggal bersama seorang ayah yang tidak peduli dengan kalian.
Dan kau otomatis menjadi tulang punggung keluarga.

Kau bercerita dengan tersenyum kala itu.
Aku tidak membaca kesedihan di sana.
Aku bahkan tidak tahu bagaimana reaksiku jika aku menjadi kamu.

Semoga kamu masih seperti itu sampai sekarang ya kakak.
Bagaimana ya kabarmu sekarang?
Apa kau sudah menikah?
Apa adikmu sudah membaik?
Sayang kita tidak pernah bertemu lagi di beberapa kali kunjunganku kembali ke sana.
Dan sekarang, sore ini aku teringat kepadamu yang kujumpai beberapa tahun yang lalu di ruang tunggu.
Satu yang sekarang ingin kulakukan juga adalah memeluk saudara-saudaraku.
Cinta dan kasih itu pasti ada kepada mereka, walau tak selalu bertemu dan berkirim kabar.

Terima kasih kakak
Semoga kamu dan adikmu sehat-sehat saja dan terus saling menyayangi dengan cara kalian sendiri.


..... oOo .....


Untuk memeriahkan #30HariMenulisSuratCinta hari ke-6 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...