Selasa, 25 Oktober 2011

Kalau Aku Jawa Memangnya Kenapa?

Assalammualaikum
Hai hai semuaaaa, apa kabar?
Mudah-mudahan baik semua yaaaaa… (J^.^)J Amin ya Rabb

Minggu yang lalu aku baca kumpulan tulisannya mbak Linda Christanty di bukunya yang berjudul “Jangan Tulis Kami Teroris” itu. Hihi entah kenapa begitu baca kumpulan cerpennya mbak Linda di buku “Rahasia Selma” aku jadi tergila-gila dengan gaya menulisnya mbak yang satu ini. Memang cerpen-cerpennya bisa dibilang berat sih kalo menurut ukuran cara berpikirku, tapi entah kenapa suka aja ngebacanya. Mungkin salah satunya ya karena beberapa ceritanya berlatar di Aceh kali ya, hihi *pembenaran banget yah :p

Nah di bukunya kali ini sih berisi tentang beberapa tulisan mbak Linda yang bercerita tentang ketidakadilan dan kesewenang-wenangan yang sering mengatasnamakan suku, bangsa, agama, komunisme, nasionalisme bahkan tentang demokrasi. Lagi-lagi aku tertarik dengan buku ini karena beberapa menceritakan tentang Aceh juga sih. Hihi jujur pengetahuanku tentang Aceh terutama Takengon yang merupakan tanah kelahiranku itu masih sangat-sangat dangkal, hehe… Oia mbak Linda udah pernah ke Takengon juga rupanya *dadah-dadah ke mbak Linda

Di beberapa tulisannya, mbak Linda juga membahas tentang situasi beberapa daerah saat rusuh-rusuhnya Aceh. Ya tentu aja membahas tentang GAM juga sih. Hmm…  kalo membahas tentang GAM masih sering merinding disko juga sih. Aku juga pengen bagi beberapa pengalaman dan apa yang aku rasain saat itu nih.

Keluargaku jelas-jelas bersuku Jawa, tau sendiri donk semasa rusuh itu kami-kami yang bersuku Jawa sering jadi sasaran entah itu penculikan, pembunuhan dan pemerasan, Aku sendiri sampai sekarang bingung sih kenapa kami yang jadi sasarannya. Padahal kan kalo dikaji nggak semua orang Jawa itu merugikan rakyat Aceh. Kebanyakan kami memang sudah berada di Aceh sejak masa penjajahan Belanda dulu. Aku aja kalo ditanya dimana kampungku di pulau Jawa sana bingung mau jawab apa. Karena memang keluarga kami memang sudah beranak cucu di Aceh.

Alhamdulillah kami tinggal di Takengon yang memang pada masa kerusuhan itu tidak merupakan zona panas di Aceh. Karena memang orang Takengon yang umumnya bersuku Gayo tidak terlalu mendukung gerakan mereka jadi masih sedikit merasa aman lah. Tapi ya ada juga beberapa saudaraku yang hilang dan rumahnya dibakar dan harus mengungsi ke Medan karena takut. Saat itu kami kebanyakan menyebutnya eksodus. Yah walau sedikit merasa aman, kami juga sering diteror lewat telepon rumah, karena memang masa itu belum ada jaringan telepon seluler disana. Ntar tengah malam telepon rumah berdering, eh pas diangkat nggak ada suaranya. Untung papaku bernama Hamid dan nggak berbau-bau nama Jawa, malah banyak yang mengira kalau papa bersuku Gayo sampai sekarang. Soalnya semua laki-laki yang namanya berbau-bau Jawa, seperti Susanto, Muliono,  dan sejenisnya pasti resah dan takut sama GAM

Yah kalo dibilang trauma-trauma amat juga nggak sih akunya, karena masih banyak saudara kita yang berada di daerah Aceh lain yang ngalamin hal yang jauh lebih buruk dari yang kami rasain. Aku ingat terakhir kali keluarga kami bepergian itu waktu aku duduk di kelas V SD, karena sejak itu di jalan juga nggak aman. Jalan ke Bireun sering diblokir waktu itu, padahal itu adalah jalur tranportasi utama kalau mau keluar dari Takengon menuju Banda Aceh ataupun Medan. Kalau udah diblokir tuh jalan, harga sembako juga langsung naik masa itu. Yang paling sedih sih waktu aku duduk di kelas X SMA, dalam perjalanan menuju Medan, travel yang kami naikin tiba-tiba diberhentikan oleh sekelompok orang bersenjata. Begitu mobil berhenti, para laki-laki yang berada di mobil langsung disuruh turun tuh, termasuk papaku. Padahal waktu itu kondisi papaku masih belum pulih pasca operasi tumor di kepalanya dan memang tujuan kami ke Medan juga untuk control ke dokter. Padahal jelas-jelas papaku juga masih susah jalan dan bicara waktu itu, tapi tetap aja mereka maksa kalo papaku harus turun. Akhirnya mamaku bersikeras untuk ikut turun. Udah gitu mobil kami disuruh jalan terus sama mereka dan beberapa dari mereka juga ikutan ke mobil kami. Duh pikiran aku sama Mimi waktu itu udah macem-macem aja dah. “Huuuuaaaa bentar lagi kami udah nggak punya papa mama lagi nih” batinku dalam hati. Alhamdulillah mama papaku dilepasin juga akhirnya. Beuh dari situ kami ya pada trauma semua, terutama papa yang memang kondisi fisik dan psikisnya juga masih lemah pasca operasi itu, ditambah lagi dengan kejadian itu, lengkaplah sudah. Akhirnya 2 minggu setelahnya kami baru berani balik ke Takengon lagi.

Waktu Pemerintah Indonesia dan GAM mengakhiri peperangan mereka kami bersyukur banget. Karena dari konflik berkepanjangan itu banyak sekali rakyat Aceh yang dirugikan, mulai dari nyawa, pendidikan, harta, kebebasan dari berbagai aspek, dan masih banyak lagi. Mudah-mudahan Aceh tetap damai ya teman-teman.

Jujur aku sangat membenci perang, dendam, dan kerusuhan. Saat itu terjadi yang paling didambakan sudah pasti adalah perdamaian. Siapa coba yang tidak suka dengan perdamaian? Dari pengalaman-pengalamanku dari lahir dan besar disana, aku paling benci perbedaan. Apalagi kalau yang dibahas adalah perbedaan suku dan agama. Kalian tahu, sampai sekarang kadang-kadang aku masih takut mengaku kalau aku ini bersuku Jawa. Terkadang tanpa disadari rasa takut mengaku kalau aku ini Jawa itu masih sering muncul kalo yang bertanya itu adalah orang yang berasal dari aceh. Dulu semasa rusuh, aku sering pengen teriak kalo ada yang membahas-bahas suku “Kalo kami bersuku Jawa memangnya kenapa?.” Tapi ya tetap aja jatuhnya aku bungkam. Gila booo… siapa juga yang pengen ntar kitanya tiba-tiba ngilang dan tinggal nama doank?

Duh ayo donk jangan rusuh-rusuh lagi di sudut manapun di tanah Indonesia dan di seluruh dunia ini. Damai itu indah tau…

*Mohon doanya teman-teman, semoga tulisan ini nggak bikin aku ngilang tiba-tiba dan tinggal nama doank ntar :p





Pict from here

29 komentar:

  1. hadeeehhh,,postingan chici mengerikann...pake sebut2 tinggal nama lagi,,aduuhhh,, ga kebayang deh chi, situasi aceh di daerah konflik kaya gitu...pasti ga enak banget.. :( tapi mudah2an sekarang udah enggak yah, damai sentosa sajalah selalu, ga usah bawa2 perbedaaan yah... kalo aku orang padang kenapa???? *mendongakkan kepala... hahahaha.... LOL

    *kangen chici juga,,, ^^

    BalasHapus
  2. Saya juga sempat dengar cerita-cerita yang hamapir serupa dari beberapa teman yang pernah tinggal di daerah konflik berlatar Suku seperti di Aceh ini.

    Harapan kita semua sama, kok. Dapat hidup dengan tentram dan damai.

    BalasHapus
  3. masa peperangan itu memang masa tertindas, jangan chi orang jawa kami sebagai rakyat gayo juga merasa resah.. alhamdullilah sekarang dah aman..
    intinya mudah-mudahan untuk kedepannya tidak kembali lagi..
    damai lah indonesia ku..

    BalasHapus
  4. waduhhhh,,,kalo di takengon sih mending chi,betul tu kata ari, trus pas aku skul di banda blum lagi pas di daerah basis lagi plus tempat tinggalku juga,,,waktu ngantar ibu ke medan dalam rangka berobat di lok sukon mobil kami di todong dan di bawak ke pedalaman gitu untungnnya panglima besarnya murid ibuku, walhasil ibuku balik nyeramahin, karn ibu guru PPKN,,,

    BalasHapus
  5. kamu orang jawa toh ? *baru tau* :d

    semoga gak kenapa2 ya, chii :)

    BalasHapus
  6. Semoga chici masih bisa ninggalin langkah kecilnya dsini :)
    heii....kami disini mendoakanmu.

    BalasHapus
  7. Saya tidak begitu paham dengan Aceh, baik daerah maupun adat kebiasaannya, termasuk yang mempermasalahkan suku segala.

    Apapun latar belakang semua ini, semestinya tidak menjadikan hari ini perbedaan suku menjadi sesuatu yang pantas dipermasalahkan.

    Damai, yuk!

    BalasHapus
  8. aku malah bangga ngaku orang jawa
    walau hidup di bumi dayak

    BalasHapus
  9. T_T
    pray for Indonesia aja dech, moga2 aman damai sejahtera semua

    horror~>.<~

    BalasHapus
  10. saya kira kamu asli aceh, chi.... ternyata jawa. hehehe

    baru tau juga kalo wong jowo juga ngalamin perlakuan diskriminasi seperti itu. nice share... :)

    BalasHapus
  11. kalo saya asli batak yang dulu tinggal di aceh. jadi orangtua saya gak naro marga saya di akte kelahiran supaya nantinya saya bisa jadi orang aceh gitu... tapi karena udah pidah ke medan, jadi gak enak juga gak ada marga,..

    BalasHapus
  12. Yang penting itu kan individu masing2. tak peduli suku apa,

    BalasHapus
  13. kenapa ya harus ada pengkoyakan suku dan etnis? sedih juga waktu marak-marak nya GAM dulu. banyak saudara-saudara terpaksa hijrah ke Medan karena punya nama yang identik dengan nama orang jawa.

    BalasHapus
  14. Eranya sudah berubah ya. Tapi mengapa masih terjadi di sekitar kita. Kalau di Aceh Jawa yang dicemburui.Kalu di Jawa, Cina dicemburui oleh Orang Jawa. Mungkin maslah kesenjangan ekonomi kali ya

    BalasHapus
  15. @mbak Cha: Amin ya Rabb (J^.^)J Alhamdulillah sekarang Aceh udah aman mbak :)

    @MAs Alamendah: Ia mas, kita semua kan cinta damai :)

    @Ari: Amin (J^.^)J ia lah Ri, jangan rusuh-rusuh lagi kayak dulu :)

    @Bg Sapta: Hihi kita punya cerita yang mirip ya bg :p

    @Mbak Fenty: hihi ia mbak semua pada ngirain aku asli Aceh :p Amin....

    @Uchank: Hihi makasih doan Chank :)

    @Abi: Yups setuju mas, aku juga cinta damai kok :)

    @Asop: (>o<)/

    @Rawins: Hihi situasinya ya beda mas :p

    @Alfone: amin mas bro (J^.^)J

    @Nuell: Hihi aku Jawa loh Nuell :p

    @Saidi: Wah horas Saidi :)

    @Zianxfly: Yah ini cuma sepenggal cerita masa konflik aja kok :)

    @Dinneno: Ia din, moga nggak kejadian lagi ya (J^.^)J

    @Zaki: Yah kalo ngomongin penyebab masalah sara memang kompleks ya :(

    BalasHapus
  16. Hai salam kenal...

    mampir2 ke blog aku yah semoga bermanfaat dan bisa saling kenal

    http://chipchoponline-chipchoponline.blogspot.com/

    thanks...

    BalasHapus
  17. owalah wong jowo tah? tak kira medan..
    hloh

    BalasHapus
  18. Mau jawa,aceh,medan,papua & madura tapi tetap kita semua Indonesia kan ?
    Jangan ngaku2 indonesia,kalau masih suka membedakan agama,suku & kulit

    BalasHapus
  19. Bnyak teman2 dr aceh berkisah senada, miris memang, sampai ada yg harus meninggalkan aceh yang notabenenya sdh dianggap tana kelahirannya, semoga nggak terulang, amiiiin.

    "kenpa klo jawa?," menggelitik sense sosial... An sering, kalau ada kenalan baru dr pulau luar, pasti bilang aku orang batak, "alamak, dang i boto margoar batak ahu kawan..."

    kulo iki wong jowo, tenanan. :d

    salam kerukunan~

    BalasHapus
  20. wuiih.. asli ngeri banget tuh pengalamannya.. untung aja selamet yah.

    BalasHapus
  21. @chipchop: salam kenal juga :)

    @alfone: io mas, podo to kito?

    @andy: yups... aku cinta damai kok :p

    @Anhar: ihik iku artine opo to mas?

    @Mila: hihi banyak yg lebih serem lagi mbak selain aku :(

    BalasHapus
  22. Apapun sukunya yg penting kita bisa hidup rukun, Alhamdulillah sekarang Aceh sudah damai. Semoga aman selamanya :D

    BalasHapus
  23. ampuunn Chi, seram juga yaa bacanya :(

    semoga gak ada peperangan antar suku lagi ya dimana pun di belahan dunia ini khususnya Indonesia tercintaah.

    hikks, disini juga sering tuh perang antar suku, biasanya muncul spt ini menjelang tahun ajaran baru, dan parahnya lagi kejadian ini berulang dan tempatnya di areal kampus :(

    BalasHapus
  24. woooooow cici berani sekali postingnya...
    selain peperangan aku juga bingung sama suku lain yg kadang memandang rendah suku jawa. bokap orang jawa asli,nyokap betawi dan aku tinggal diliingkungan betawi. dan some of them think that javanese are so bla bla bla and bla bla bla.. kadang aku mau nunjukin ke mereka kalo HEY YOU SEE ALMOST SUCCESFULL PEOPLE ARE JAVANESE !!!! suka gedeg sendiri sama mereka yang kadang merendahkan suku.

    eh iya cici liat http://tinyurl.com/6mrcsje ada kamu loooh dan dikerjakan ya PR nya hahaha

    BalasHapus
  25. Oh jadi gitu ya...
    Orang jawa kebanykan tlaten jadi sering sukses kalu hijrah ke suatu daerah. Ini mungkin karena kesenjangan ya...

    BalasHapus
  26. @Diah: sedih ya jenk, kalo udah ngomongin beginian, hiks...

    @Narayanarada: :(

    @Nonni: yups, sering dibeda-bedain memang sering bikin gedeg jenk :(

    @Baha Andes: yah kalo udah ngomongin penyebabnya sih panjang ceritanya mas...

    BalasHapus
  27. untung diterjang tsunami...

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...