Jumat, 12 Juni 2009

Kuiniii oOo Kuiniii

Saat ini buLan Mei, bulan depan Juni, Juli, Agustus... lho..lho... kok jadi ngurutin nama-nama bulan ya???? Kita mulai aja ceritanya ya.... Aku adalah seorang mahasiswi semester akhir di salah satu universitas swasta di bumi Indonesia tercinta ini.... Kebetulan aku mengontrak sebuah rumah sangat sederhana bersama 4 teman ku lainnya, dengan alasan tidak ada jam malam dan bisa memboyong keluarga jika berdatangan dari kampung untuk menginap.
Kebetulan sekali, di depan kontrakan kami terdapat sebatang pohon kuini, yang kebetulan juga pada bulan inilah saatnya di panen. Kata orang-orang sih buah kuini ntu lebih "berasa" kalo dia jatuh sendiri dari pohonnya, bukan sengaja di petik!!!
Seminggu berlalu, kuini-kuini yang menggugah selera ntu akhir na sudah menunjukkan tanda-tanda gaya jatuh bebas na ke tanah (hehe... mank ciri" na begimana??? hanya rumput-rumput yang bergoyang lah yang tau, xixixix... halaaaahh apa hubungannya coba...!!!!)
Dan sampailah kita pada minggu dimana pohon kuini itu menjadi primadona anak-anak satu gang, termasuk penghuni kontrakan kami.
Buukk!!! "woy... ada yg jatuh!!" teriak salah satu anak dari luar rumah, dan seketika anak-anak yang lain mulai tampak sibuk mencari dimana keberadaan sang kuini yang jatuh tadi.
Dua orang penghuni kontrakan ku juga menjadi korban rebut-rebutan kuini yang jatuh hari itu. Dalam sehari, pasti kami kebagian sebuah kuini yang tentunya selalu dibagi-bagi sesuai dengan jumlah orang yang ada di rumah saat itu (supaya lebih berasa gitu kebersamaannya, yg agi nggak di rumah ya nggk kebagian, xixixixi)
Rutinitas ini terus berlanjut selama seminggu, sampai akhirnya tibalah di suatu malam yang rada-rada gerah, terdengarlah suara kuini-kuini centik itu jatuh.
BruuKK!! " ada yang jatuh kak!" kata salah satu temannku. Spontan ajah mereka berdua lari keluar rumah tanpa ingat memakai sendal. Tetapi di tengah perjalanan yang tag seberapa itu, keluarlah si empunya kuini, walhasil mereka lari terbirit-birit kembali ke rumah dengan tangan hampa. Kami bertiga hanya ketawa saja melihat tingkah dua temanku itu, tanpa tau kalau itu adalah akhir dari perjuangan mereka mendapatkan kuini-kuini yang imut-imut itu. Soalnya keesokan harinya, semua kuini yang imut-imut itu dijual oleh pemiliknya ke abang penjual buah di pasar. Kami hanya bisa ternganga melepas kuini-kuini itu dengan sedihnya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...