Sabtu, 19 April 2014

Catatan Kecil Tentang Pabrik Gula Mini di Aceh Tengah

Assalammu'alaikum wr wb

Tadi bongkar-bongkar notes eh malah nemu catatan kecil obrolan saya dengan papa tentang Pabrik Gula Mini (PGM) yang pernah ada di Aceh Tengah. Pabrik ini kalo katanya papa adalah pabrik gula mini pertama di Indonesia, tetapi ternyata setelah saya googling ada satu lagi si Sumatera Barat :)

Kata papa (lagi) pabrik ini didirikan di kampung Buter, Kecamatan Silihnara, Kabupaten Aceh Tengah pada tahun 1978. Tapi lagi-lagi setelah googling, catatan sejarah mengatakan pada tanggal 17 Oktober 1979. Hmm mungkin papa ngitungnya sejak pabrik ini dibangun kali ya, hehehe...

Tapi sayang, pabrik ini gagal dalam pengoperasiannya. Di daerah Blang Mancung memang notabene adalah daerah perkebunan tebu, jadi masalahnya bukan terletak pada sumber daya alamnya. Masalahnya ada pada sumber daya manusia, alias tenaga kerjanya. Pabrik ini mengadopsi cara kerja Hindia, yaitu sistem padat karya. Jadi lebih mengandalkan
tenaga kerja manusia, bukannya mesin.

Nah di daerah ini dulunya tidak terlalu padat penduduk, tentu saja ini jadi masalah. Di sisi lain, sistem kerja padat karya sudah jelas memerlukan tenaga kerja yang tidak sedikit. Bayangkan, semuanya serba manual, dari mulai memanen tebunya, memeras air tebu, juga memasak air tebunya pun masih memakai wajan besar. Waktu itu, pemda juga sempat menyewa tenaga kerja dari sumatera utara, tetapi pengeluaran juga menjadi semakin bertambah. Jadilah pabrik ini pun ditutup pada akhirnya. Sayang papa lupa cerita itu terjadi pada tahun berapa.

Sekarang, pabrik ini hanya tinggal nama saja. Satu besi penopangnya pun sudah tidak ada lagi. Kata papa banyak yang menjarahnya saat masa-masa konflik di Aceh lalu. Sayang sekali ya :(

Oiya, desa Buter itu berada dekat dengan pusat gempa 6,2 SR yang terjadi 6 Juli 2013 lalu di Aceh Tengah. Di sana masih banyak terdapat perkebunan tebu juga sampai sekarang.

Jujur saya sendiri belum pernah ke lokasinya. Saat musibah gempa pun kami memilih untuk tidak hanya ke sana untuk sekedar menonton para korban di sana. Karena saat itu kami sekeluarga sedang berduka karena beberapa hari sebelumnya kakek saya meninggal dunia.


Yah kalau bukan karena kejadian gempa itu, papa saya juga mungkin tidak akan menceritakan setitik sejarah ini ke saya.

Dari cerita ini jadi makin sadar kalau masih terlalu banyak yang belum saya ketahui tentang tanah kelahiran saya, Aceh Tengah :(



6 komentar:

  1. tulisan bagus :)
    semoga dengan tulisan kamu mudah2an di Aceh dibangun pabrik gula baru dengan skala yang lebih besar, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru :)

    BalasHapus
  2. wah, sayang y pabrik gulanya....

    salam kenal ya, ini kunjungan perdana ku.....

    BalasHapus
  3. Dulu kita punya Cot Girek pabrik gula, kini jadi lahan sawit, terus ada di Takengon dan tidak jadi beroperasi, semoga ke depan kita punya pabrik gula sendiri mengulang masa jaya Cot Girek kembali :)

    BalasHapus
  4. Kalau di sumbar, lebih banyak pabrik gula mini. alias usaha rintisan dr masyarakat. mereka pakai mesin penggiling yang sumber tenaganya adalah kerbau. ada juga yg udah pakai mesin diesel.

    Penyaringan, perebusan dan proses2 lainnya baru deh manual. tapi sampai skrg masih beroperasi kok ^^

    BalasHapus
  5. Kapan kita maen ke Aceh Tengah? Biar jadi bahan cerita yang real keadaannya sekarang, hehehe..

    BalasHapus
  6. padahal kalau saja ada, mungkin bisa dijadikan musium ya bekas pabrik gulany :(

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...