Suara tetesan air itu sudah terdengar hampir dua bulanan ini. Tapi entah mengapa aku selalu suka itu. Terkadang dengan hingar bingarnya penghuni kontrakan dan tetangga sebelah, suara itu malah justru bisa menenangkan pikiranku. Sebenarnya kerannya bisa saja diganti, tapi sampai hari ini masih dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya. Aku jadi teringat akan perkataan dosenku “Suara percikan air dan gesekan daun bambu itu adalah suara-suara yang dapat menenangkan”. Dan entah mengapa dikala lamunanku yang ditemani suara tetesan air itu, aku sering membayangkan suara daun bambu yang saling bergesakan.
Sewaktu SD
dulu, di belakang sekolah kami banyak terdapat rimbunan pohon bambu. Aku suka sekali dengan suara dedaunan itu
yang tertiup oleh angin. Tapi aku paling malas ketika harus membersihkan
guguran dedauan itu saat giliran piket menyapu di kelas. Diantara banyaknya
rimbunan bambu tersebut, ada satu rimbunan yang lebat yang terdapat di sudut
belakang sekolah. Kami sering dilarang bermain disitu. Karena menurut kabar
burung ada ular yang bersarang disitu. Sebagai bocah SD, tentu saja kami
penasaran tentang kebenarannya. Tapi tetap saja tidak ada yang berani berani
bermain di dekat situ. Sampai rimbunan itu dibabat habis pun, kami tidak
kunjung melihat adanya ular disitu. Jadi sampai sekarang aku hanya menganggap
kabar burung itu hanya diciptakan untuk menakut-nakuti kami saja.
Selain suara dedaunannya, aku
paling suka melihat rimbunan bambu hijau seperti yang sering muncul di
film-film kungfu. Kalau saja aku yang berada disitu, pasti akan sulit sekali
untuk keluar, seperti sedang berada di dalam labirin. Haha imajinasi apa itu?
Aku jadi teringat dengan dongeng
tentang sebuah keluarga yang sudah lama tidak dikaruniai seorang anak, akhirnya
mendapatkan seorang bayi di batang bambu yang ditebang suaminya. Hmm…
sebenarnya aku sudah lupa bagaimana cerita jelasnya. Tapi sewaktu SD, aku
sempat mempercayai dongeng itu, seperti kalian yang percaya bahwa bayi itu
dibawa oleh burung bangau.
Tapi aku kurang suka dengan bambu
muda yang sering dijadikan sayur itu. Rebung atau apalah itu namanya. Aku tidak
suka dengan aromanya. Amisnya melebihi aroma udang menurutku.
Hmm…. Jadi ingin mendengar suara
dedaunan itu saat ini, apalagi ditemani the hangat dan pisang goreng.
*senin malam, di kamar kontrakan yang pengap
yupz, apalgi di pagi hari .. lihat bambu basah yg kena tetesan embun huaaaaa seger dan bagus buat mata kalo pagi2 liaht yg hijau2 ...
BalasHapuswaahh enak udah pernah dengar suara bambu..
BalasHapusnah aku sampe sekarang klo mau liat bambu aja gak tau dimana.
paling asyik denger suara bambu itu kalau lagi dikampung plus semilir angin dipematang sawah :)
BalasHapusWaah kalo rebung, saya sukaa.. soalnya dulu waktu kecil sering dimasakin sayur rebung.. makanya sekarang gedenya tinggi kurus. *efek bambu*
BalasHapushemm, masih jaman yah cerita nemuin bayi didalem bambu gitu?. hehehe
@Brigadir kopi: ih bener ya mas, air tetesan embun itu memang seger. Apalagi kalo nyentuh airnya, huaaaa dingiiin, brrr....
BalasHapus@Din: eh di Tembung ada tuh. Atau kalo nggak pagar perumahan-perumahan gitu kan banyak yg dari bambu ijo Din :p
@Aulia: Iiiih pasti pengalaman waktu kecil ya Aul :)
@Gaphe: Hahaha emank ada gitu hubungannya kurus ama keseringan makan rebung mas, hihihi... Yah itu kan ceritanya waktu aku SD mas, sekarang ya nggak percaya lagi :P
aku juga ga suka rebung CHi, amisnya ga suka hehe
BalasHapusdikamar yang menurut kamu pengap, tapi bisa nulis , Hebaaaaat Chi
sama gw juga ga suka makan rebung. baunya ...... hiyaaaaaak.... :(
BalasHapusdari bambu bisa diambil nilai filosofinya: bambu tidak pernah hidup sendiri, pasti rimbun dan menyebar....akarnya menguatkan tanah.....bambu yg tumbuh ditepi sungai, mampu menahan abrasi...nilai bambu mulai dari muda, tua, batang...menjadi bahan yg bermanfaat bagi manusia.
BalasHapusBambu walau rimbun menjulang, tidak pernah melawan angin, selalu mengikuti kemana angin bertiup....tetapi bukan tidak berpendirian, tetap kokoh pada pondasi/prinsip.
eh nona-nona....rebung itu enaaak...tinggal cara mengolahnya menjadi sedap dihidangkan dan dimakan.., banyak cara tuk menghilangkan baunya...
BalasHapushmmmmm selarasnya alam. hehehe
BalasHapusKalo aku, rebung bambu itu dijadikan bahan untuk pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) yang berguna untuk kesuburan tanah dan mempercepat penyerapan pupuk oleh tanaman. hehehe
Selamat malam kak :)
@Nadia: Hihi sama ya kita sist :)
BalasHapus@Nuell: aku juga ngerasa gitu nuell
@Mas Arya: wah thx mas udah sharing filosofinya disini :)
@Defenisi IT: Hihihi karena nggak pinter ngolahnya itu kali ya makanya aku nggak suka :p
@Efri: Wah baru tau Fri rebung bisa dijadiin MOL, thx for sharing (>o<)/
iyaa mbaaa bener. Apalagi tetesan air dari bambu jatuh ke sungai. Beeeeeh. Ati rasanya adem dah
BalasHapusgesekan daun bambu.. aku juga suka dengernya,
BalasHapusrebung?? suka jugaaa.. kalo ibuku yg masak.. hehehe, Ibu pinter masaknya jadi ga berasa bau.. :)
emang, bener banget. apa lagi suara air sungai dimalam hari. beuuuh, bikin hati jadi adem.
BalasHapus@Riska: Aku juga suka ituuuuu (>o<)/
BalasHapus@kun: ntar aku mampir dulu ya :)
@Mbak Vita: hmm mungkin karena jarang makannya juga kali ya mbak makanya aku nggak suka :)
@Eks: Aku pernah tuh nginep di pinggir sungai, tapi kok jadinya malah takut ya dengetnya, takut air sungainya naik, hehe...
bambu....adalah pohon yg harus dijaga kelestariannya...tahun 2006,aku pernah ketemu dgn om swentra dr bali beliau mewakili indonesia utk kontes dgn 200 negara demo alat musik dr bambu. suara gemericik air itu adl irama jiwa yg tuhan karuniakan pd juta kita, sumber kemudaan,jika mau awet muda...harus bnyk mendengarkan gemercik air, yg muslim waktu wudhu itu moment terindah. fadhol.. ....dicoba ya.....
BalasHapus