Senin, 27 Juni 2011

Bambu



Suara tetesan air itu sudah terdengar hampir dua bulanan ini. Tapi entah mengapa aku selalu suka itu. Terkadang dengan hingar bingarnya penghuni kontrakan dan tetangga sebelah, suara itu malah justru bisa menenangkan pikiranku. Sebenarnya kerannya bisa saja diganti, tapi sampai hari ini masih dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya. Aku jadi teringat akan perkataan dosenku “Suara percikan air dan gesekan daun bambu itu adalah suara-suara yang dapat menenangkan”. Dan entah mengapa dikala lamunanku yang ditemani suara tetesan air itu, aku sering membayangkan suara daun bambu yang saling bergesakan.

Sewaktu SD dulu, di belakang sekolah kami banyak terdapat rimbunan pohon bambu.  Aku suka sekali dengan suara dedaunan itu yang tertiup oleh angin. Tapi aku paling malas ketika harus membersihkan guguran dedauan itu saat giliran piket menyapu di kelas. Diantara banyaknya rimbunan bambu tersebut, ada satu rimbunan yang lebat yang terdapat di sudut belakang sekolah. Kami sering dilarang bermain disitu. Karena menurut kabar burung ada ular yang bersarang disitu. Sebagai bocah SD, tentu saja kami penasaran tentang kebenarannya. Tapi tetap saja tidak ada yang berani berani bermain di dekat situ. Sampai rimbunan itu dibabat habis pun, kami tidak kunjung melihat adanya ular disitu. Jadi sampai sekarang aku hanya menganggap kabar burung itu hanya diciptakan untuk menakut-nakuti kami saja.

Selain suara dedaunannya, aku paling suka melihat rimbunan bambu hijau seperti yang sering muncul di film-film kungfu. Kalau saja aku yang berada disitu, pasti akan sulit sekali untuk keluar, seperti sedang berada di dalam labirin. Haha imajinasi apa itu?

Aku jadi teringat dengan dongeng tentang sebuah keluarga yang sudah lama tidak dikaruniai seorang anak, akhirnya mendapatkan seorang bayi di batang bambu yang ditebang suaminya. Hmm… sebenarnya aku sudah lupa bagaimana cerita jelasnya. Tapi sewaktu SD, aku sempat mempercayai dongeng itu, seperti kalian yang percaya bahwa bayi itu dibawa oleh burung bangau.

Tapi aku kurang suka dengan bambu muda yang sering dijadikan sayur itu. Rebung atau apalah itu namanya. Aku tidak suka dengan aromanya. Amisnya melebihi aroma udang menurutku.

Hmm…. Jadi ingin mendengar suara dedaunan itu saat ini, apalagi ditemani the hangat dan pisang goreng.  

*senin malam, di kamar kontrakan yang pengap

16 komentar:

  1. yupz, apalgi di pagi hari .. lihat bambu basah yg kena tetesan embun huaaaaa seger dan bagus buat mata kalo pagi2 liaht yg hijau2 ...

    BalasHapus
  2. waahh enak udah pernah dengar suara bambu..
    nah aku sampe sekarang klo mau liat bambu aja gak tau dimana.

    BalasHapus
  3. paling asyik denger suara bambu itu kalau lagi dikampung plus semilir angin dipematang sawah :)

    BalasHapus
  4. Waah kalo rebung, saya sukaa.. soalnya dulu waktu kecil sering dimasakin sayur rebung.. makanya sekarang gedenya tinggi kurus. *efek bambu*

    hemm, masih jaman yah cerita nemuin bayi didalem bambu gitu?. hehehe

    BalasHapus
  5. @Brigadir kopi: ih bener ya mas, air tetesan embun itu memang seger. Apalagi kalo nyentuh airnya, huaaaa dingiiin, brrr....

    @Din: eh di Tembung ada tuh. Atau kalo nggak pagar perumahan-perumahan gitu kan banyak yg dari bambu ijo Din :p

    @Aulia: Iiiih pasti pengalaman waktu kecil ya Aul :)

    @Gaphe: Hahaha emank ada gitu hubungannya kurus ama keseringan makan rebung mas, hihihi... Yah itu kan ceritanya waktu aku SD mas, sekarang ya nggak percaya lagi :P

    BalasHapus
  6. aku juga ga suka rebung CHi, amisnya ga suka hehe

    dikamar yang menurut kamu pengap, tapi bisa nulis , Hebaaaaat Chi

    BalasHapus
  7. dari bambu bisa diambil nilai filosofinya: bambu tidak pernah hidup sendiri, pasti rimbun dan menyebar....akarnya menguatkan tanah.....bambu yg tumbuh ditepi sungai, mampu menahan abrasi...nilai bambu mulai dari muda, tua, batang...menjadi bahan yg bermanfaat bagi manusia.
    Bambu walau rimbun menjulang, tidak pernah melawan angin, selalu mengikuti kemana angin bertiup....tetapi bukan tidak berpendirian, tetap kokoh pada pondasi/prinsip.

    BalasHapus
  8. eh nona-nona....rebung itu enaaak...tinggal cara mengolahnya menjadi sedap dihidangkan dan dimakan.., banyak cara tuk menghilangkan baunya...

    BalasHapus
  9. hmmmmm selarasnya alam. hehehe

    Kalo aku, rebung bambu itu dijadikan bahan untuk pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) yang berguna untuk kesuburan tanah dan mempercepat penyerapan pupuk oleh tanaman. hehehe

    Selamat malam kak :)

    BalasHapus
  10. @Nadia: Hihi sama ya kita sist :)

    @Nuell: aku juga ngerasa gitu nuell

    @Mas Arya: wah thx mas udah sharing filosofinya disini :)

    @Defenisi IT: Hihihi karena nggak pinter ngolahnya itu kali ya makanya aku nggak suka :p

    @Efri: Wah baru tau Fri rebung bisa dijadiin MOL, thx for sharing (>o<)/

    BalasHapus
  11. iyaa mbaaa bener. Apalagi tetesan air dari bambu jatuh ke sungai. Beeeeeh. Ati rasanya adem dah

    BalasHapus
  12. gesekan daun bambu.. aku juga suka dengernya,
    rebung?? suka jugaaa.. kalo ibuku yg masak.. hehehe, Ibu pinter masaknya jadi ga berasa bau.. :)

    BalasHapus
  13. emang, bener banget. apa lagi suara air sungai dimalam hari. beuuuh, bikin hati jadi adem.

    BalasHapus
  14. @Riska: Aku juga suka ituuuuu (>o<)/

    @kun: ntar aku mampir dulu ya :)

    @Mbak Vita: hmm mungkin karena jarang makannya juga kali ya mbak makanya aku nggak suka :)

    @Eks: Aku pernah tuh nginep di pinggir sungai, tapi kok jadinya malah takut ya dengetnya, takut air sungainya naik, hehe...

    BalasHapus
  15. bambu....adalah pohon yg harus dijaga kelestariannya...tahun 2006,aku pernah ketemu dgn om swentra dr bali beliau mewakili indonesia utk kontes dgn 200 negara demo alat musik dr bambu. suara gemericik air itu adl irama jiwa yg tuhan karuniakan pd juta kita, sumber kemudaan,jika mau awet muda...harus bnyk mendengarkan gemercik air, yg muslim waktu wudhu itu moment terindah. fadhol.. ....dicoba ya.....

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...