Matahari merangkak menuju puncaknya. Karena ada urusan sedikit dengan Bu'deku yang datang dari luar kota, aku harus izin keluar kantor lebih cepat dari istirahat makan siang. Di sinilah aku sekarang, di halte bus dekat kantor dengan peluh yang mulai mengucur di dahiku.
Tak jauh dari halte itu, terdapat sebuah rumah yang dijadikan sebagai tempat parkir sepeda motor karyawan-karyawan di daerah perkantoran ini. Di situlah tampak dirimu tengah duduk sendiri sambil menghisap sebatang rokok. Aku tahu kamu memperhatikanku dari kejauhan itu. Tetapi saat aku mengalihkan pandanganku pada dirimu, kamu malah pura-pura tidak menyadari keberadaanku. Aku hanya bisa tersenyum geli di dalam hati.
Kamu yang akhir-akhir ini sering menghubungiku via social media dan sering mengirimkan pesan-pesan gombal itu, ternyata tidak punya keberanian lebih di dunia nyata. Masih sama seperti di dunia maya, hanya berani melihatku dari kejauhan saja.
Posisimu masih di situ dan sesekali masih mencuri pandang padaku hingga akhirnya bus yang kutunggu-tunggu datang menghampiriku.
Owwww... So sweet.
BalasHapusTernyata fiksi, ya. Hahaha...
Malu ato gengsi yaaaaah wkwkwk
BalasHapusmungkin dia sama sepertiku
BalasHapuslelaki tipe pemalu
hehehe
lagi musimnya yaa kak laki-laki kaya gitu :'D
BalasHapusMbak Juminten:
BalasHapusHihi iya mbak :)
Mbak Mila:
Hahahaha bisa jadi sih mbak :p
Aizeindra Yoga:
Hihihi curcol nih :p
Nita:
hahaha emang iya ya?
*baru tau
Walah,, tak pikir dialami diri sendiri :-p
BalasHapusini cerita beneran? apa beneran dijadiin fiksi? kalo beneran... uhuk uhuk *gajelas*
BalasHapusUmarFaisol:
BalasHapushihihi ada bau2 curcolnya dikit sih sebenarnya :p
Audrey Subrata:
Hehe settingnya rada dirubah aja bi dari cerita aslinya :p
*sodorin obat batuk
hahah.. senang tuh dilirikin.. :D
BalasHapusTour and travel surabaya:
BalasHapusHahaha.... *blushing