Udara dingin serasa menusuk tulang. Walau aku memang terlahir dan besar di kota ini, entah mengapa malah tubuhku tidak terlalu bisa bertoleransi dengan udara pegunungan yang memang sejuk ini. Jaket 2 lapis yang aku pakai, tetap tidak bisa menghalau rasa dingin di tubuhku.
.......................................................................
Padahal di mobill ini ac-nya tidak terpasang, tapi tetap saja aku merasa kedinginan.
"Dingin ya dek?" tanyamu padaku.
"Hehe iya. Nggak lihat nih, ingus Dian aja udah meler gini" candaku.
"Tuh pake jaket abang aja" ujarmu
"Nggak dingin-dingin amat kok bang" jawabku.
"Udah nggak usah sok kuat gitu nahan dingin" ujarmu sambil mengambilkan jaket dari bagian belakang mobil.
Aku pun tak bisa menolak untuk memakainya. Selain merasa tak enak, aku juga memang benar-benar butuh jaket lebih untuk menghangatkan badan. Jaket ini terasa hangat, sehangat senyuman yang kau sungginggkan padaku.
............................................................
Aiiissshhh... kenapa aku malah teringat peristiwa itu. Memang beberapa hari ini entah mengapa aku sering merindukan dia yang beberapa bulan yang lalu pernah mengisi ruang kosong di hatiku. Dia juga yang telah dengan semena-menanya kuberi harapan, tapi pada akhirnya justru aku sakiti dengan sikapku yang membingungkan untuknya. Sebenarnya aku sendiri bingung dengan sikapku. Sikap yang selalu muncul tiba-tiba ketika rasa bahagia mulai muncul pelan-pelan. Tapi seperti bom atom, sikap itu tiba-tiba muncul meluluhlantakkan semua yang membuat bahagia itu. Tiba-tiba aku menjadi defensif, menutup diri dan perlahan menghilang tanpa kata sepatah kata pun.Sebelum itu dimulai aku bahkan sudah mundur duluan.
.....................................................
"Ketika kamu merasa tak bahagia dengan hidupmu, ingatlah, bahwa ada seseorang yang bahagia hanya karena kamu ada" begitulah kira-kira isi salah satu sms darimu.
...............................................................
Entahlah, mengapa baru saat ini aku bisa tersenyum membaca smsmu itu. Ya, aku masih menyimpan beberapa sms yang pernah kau kirimkan padaku. Bukankah aku memang benar-benar aneh menurutmu? Tapi mungkin kau lebih menganggapku ini jahat lebih tepatnya. Jahat karena telah mempermainkan perasaanmu. Aku juga heran, mengapa aku tega bersikap cuek terhadapmu yang dengan sabar terus menghubungiku dan meminta maaf padaku. Tidak, itu salah... Harusnya akulah yang meminta maaf padamu. Kupikir, kata maaf juga mungkin tidak cukup untuk menebus semua sikapku padamu.
"Kamu tau kenapa orang itu cuek?" tanya sahabatku kepadaku.
"Memangnya kenapa?" ku balik bertanya.
"Karena orang itu ingin lebih diperhatikan" jawabnya.
"Apa aku juga temasuk dalam kategori itu?" tanyaku lagi.
"Mungkin" jawabnya.
Apa mungkin itu salah satu penyebab bom atom itu selalu muncul ketika aku mulai merasa bahagia? Tapi penyesalan itu selalu muncul belakangan. Ketika dia mulai menghilang perlahan, ketika dia yang sepertinya telah menemukan penggantiku, ketika itu pula aku mulai merasa kehilangan. Kehilangan satu bagian puzzle di hatiku. Bahkan ini bukan pertama kalinya. Untuk kesekian kalinya aku melakukan kesalahan yang sama.
Cieh..
BalasHapusKayaknya fiksi ini ngarang waktu lagi inget sama jaket sang pacar, ya :P
Hehe >.<
Ciiii, sekali lagi, ini fiksi atau curcol terselubungkah?? xixiix
BalasHapusPasti ini curcol kan :D
BalasHapussounds so real for me :p
BalasHapuspengalaman pribadi?! ;)
BalasHapusHihihi emang dasarnya tukang curcol ya aku ini, masa' semua langsung ngeh kalo ini curcolan :p
BalasHapusHayooo ada yang mau bantu cariin bagian puzzle yang hilang itu nggak nih? Hahahaha....
*desperate
bagus bagus bagus, kamu dapet pembaca setia baru..... Tulisannya menarik........
BalasHapus*joget
Mie:
BalasHapusWah Mie thanks ya :)