Pict from here
Aroma itu kembali hadir ketika senja perlahan datang.
Aroma basah dan lembab.
"Rapatkan jaketmu sayang" ujar ibu ketika aku mendekati jendela.
Aku pun merapatkan jaketku dan memperbaiki syalku.
Saat-saat seperti ini adalah saat-saat rindu kembali berserakan.
Rindu pada tawa renyahmu.
Pada hangat senyummu.
"Kau tahu apa yang paling ku benci?" tanyaku padamu ketika memandangi hujan di suatu sore.
"Apa?" tanyamu balik.
"Aku benci ketika mereka datang tetapi aku tidak bisa menari bersama mereka" jawabku sebal.
Tak lama terdengar tawa itu, tawa renyahmu.
"Seharusnya kau bersyukur masih bisa menikmatinya, walau sekedar memandanginya dari jendela" ujarmu sambil mengelus lembut kepalaku.
Ah, aku selalu tidak tahan dengan elusan lembut itu.
Hari ini, rindu itu pun masih berserak di sini.
Rindu pada elusan itu.
Pada tawa renyah itu yang sudah berbulan-bulan tak lagi menemaniku menikmati rinai-rinai yang perlahan menciptakan aroma basah yang ku sukai ini.
*Sihiiiiiy Desember Rain udah tiba, jadi iseng nulis begini :p
kalo sering hujan begini bawaannya pengen beol aja..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskangen siapa nih Jenk?? cicuiit, yg abis sakit kangen2an,, hehehehh
BalasHapusYah desember identik dengan hujan.
BalasHapuskalo di jakarta hujan identik dengan banjir dan macet.
surem...
tapi keren cii tulisannya!! :D
rindu di bawah rintik hujan
BalasHapusYudi: Waduh, bukannya jadi pengen pipis aja ya yud? :p
BalasHapusDiah: Hahaha cuma fiksi jenk :)
Samuel: Wuih iya ya Sam, hati-hati kamu kalo banjir. Btw thanks ya :)
Joe: Hihihi beneeeer... :)