Sabtu, 17 Desember 2011

Dina dan Gubuk Tuanya

 pict from here


Suara tetesan air sisa-sisa hujan beberapa menit yang lalu masih terdengar di sebuah gubuk tua siang itu. Aroma rerumputan yang terkena air hujan membuat udara sejuk pegunungan lebih terasa bagi Dina. Dina sangat menyukai suasana sehabis hujan jika sedang berada di kebun seperti hari ini. Menapaki tanah yang sedikit becek dan terdapat beberapa genangan air membuatnya tidak tahan untuk tidak menari. Kakak Dina menyebutnya tarian hujan. Tidak, tarian ini sebenarnya tidak Dina tarikan disaat hujan sedang turun, tetapi Dina selalu menarikannya setelah hujan reda. Dina juga heran mengapa kakaknya menyebutnya seperti itu.

Saat hujan turun deras seperti tadi Dina beserta kakaknya lebih memilih berteduh di gubuk tua milik keluarganya itu. Gubuk yang dulunya adalah rumah di saat ibu mereka kecil. Dina selalu tidak habis pikir jika membayangkan hal itu. Ia tidak pernah bisa membayangkan bila ia harus bertahan hidup di gubuk kecil seperti itu. Tetapi kata ibu Dina, gubuk itu merupakan rumah yang bagus kala itu dibandingkan rumah-rumah orang kebanyakan. Jika mengingat itu, Dina selalu merasa bersyukur dengan kondisi keluarganya sekarang. Mereka dapat tinggal di rumah yang bagus, walaupun sederhana tetapi mereka sudah dapat menikmati listrik. Dina jadi teringat pada cerita ayahnya ketika listrik di rumah mereka padam kala itu. Ayah Dina selalu menegur mereka jika mengeluh karena listrik tak kunjung menyala. “Kalian harus bersyukur karena tiap hari selalu diterangi listrik. Tau kah kalian? Sewaktu ayah kecil kami belum mengenal listrik sayang. Kami harus rela hidung kami hitam karena asap dari lampu minyak saat mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah. Jadi tidak ada salahnya sesekali kalian juga merasakan pengalaman ayah saat kecil dulu kan?” Lagi-lagi Dina merasa bersyukur karena punya orang tua yang selalu mengajarkan mereka untuk tidak lupa bersyukur.

Gubuk yang hanya sesekali saja Dina datangi itu, walaupun terlihat tua selalu menghadirkan sensasi berbeda jika memasukinya. Gubuk yang bercat kuning yang sudah pudar karena dimakan usia itu memiliki satu ruangan utama, dua buah kamar dan sebuah dapur. Udara pengap terasa ketika kita memasukinya. Setengah bagian dapurnya dipenuhi ranting kayu untuk persediaan kayu bakar. Dina paling suka aroma masakan yang dimasak dengan menggunakan kayu bakar. Pernah sekali kakek sedang panen kacang kapri, mereka pun pesta tumis kapri. Walau masakannya terbilang sederhana, tetapi aroma kayu bakar yang menyatu dengan rasa manis dari kapri yang baru dipetik  sangat menggugah selera makan mereka ketika itu. Di gubuk itulah mereka selalu berkumpul ketika azan Dzuhur berkumandang dan menandakan waktu istirahat telah tiba atau ketika hujan turun dengan lebatnya seperti tadi.

Beberapa bulan yang lalu bagian beranda depan gubuk pernah sedikit terbakar dan pintunya juga hamper jebol. Keluarga Dina sampai bingung siapa pelaku semua itu. Dina juga sedih saat itu. Tapi mereka bersyukur karena hanya bagian depan gubuk saja yang rusak. Dina tidak pernah membayangkan jika gubuk itu tidak ada. Dimana lagi mereka shalat jika sedang ke kebun? Dimana lagi mereka menyimpan makanan untuk disantap waktu istirahat tiba? Dimana lagi mereka bisa berkumpul makan siang dengan piring lebaran daun pisang dan ditemani secangkir kopi Gayo? Tapi gubuk itu masih berdiri tegak hingga sekarang. Dina pun masih disini, menarikan tarian hujan.

8 November 2011
Belimbing 2 


6 komentar:

  1. cerita yang manis..
    sederhana tapi bermakna.

    BalasHapus
  2. Kenapa yah orang2 sekarang suka nari2 dibawah hujan ? :D
    hahaha
    nice one :)

    BalasHapus
  3. manis.menyentuh, sepertinya bukak cuma skdar cerita ya chi...

    BalasHapus
  4. @Ra_kun: makasih kun :)

    @Uchank: hihi namanya juga lg musim hujan :p

    @Bayaqoe: hehe biasa masih berbau curcol dikit bg :p

    BalasHapus
  5. bicara hujan lebat maupun gerimis, penyudahannya, selalu segar mencium aroma segar tanah basah, rumput, daun.

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...