Rabu, 17 Maret 2010

@Museum

Hari jumat (12/03/2010) yang lalu aku bareng mimi kembaranku berkunjung ke Musem Negeri Sumatera Utara yang terletak di Jl.HM.Joni Medan. Ini kedua kalinya aku berkunjung ke museum, sebelumnya aku hanya pernah ke museum yang di Monas *think itu museum bukan ya? Pasti teman-teman pada bertanya kenapa aku nggak pernah ke museum, padahal kan biasanya itu agenda rutin bagi anak sekolahan. Ya itu dikarenakan di daerah tempat aku dilahirkan dan dibesarkan (Takengon) tidak terdapat museum. Padahal sebenarnya disana punya banyak benda-benda sejarah yang bisa dijadikan asset daerah, tapi ya gitu deh pemerintah daerahnya kurang memberi perhatian.

Gara-gara tiket ini jadi dipanggil-panggil deh aku

Hari jumat itu sebenarnya aku mau ikutan mimi kembaranku jenguk temannya yang sakit, tapi karena dibatalin ama temannya yang lain sedangkan kami udah rapi jail akhirnya kami kepikiran untuk mengunjngi museum. Udah lama juga sih pengen kesitu dan akhirnya kesampaian juga. Sempat bingung juga sih pas mau masuknya, ampe dipanggil ama petugas disana karena nyelonong masuk aja tanpa beli tiket, hehehe… Maklumlah nggak pernah ke museum… Kemudian masuklah kami kedalam. Ini juga aneh, kami nggak disuruh ngisi buku tamu, malah ada bapak-bapak yang bilang ke arah sini masuknya. Ya kami ngikut-ngikut aja. Kayaknya ntu bapak dosen deh, abis di dalam museum kami banyak ketemu ama mahasiswa yang memakai almamater salah satu Universitas Negeri di Medan. Jangan-jangan ntu bapak ngiranya kami mahasiswanya lagi, hehehehe….


Gaya kaku ku di pintu masuk

Hal pertama yang kami liat sih tentang sejarah museumnya. Peletakkan batu pertama museum ini dilakukan pleh Soekarno pada tanggal 28 Okteber 1954, dan diresmikan oleh Mendikbud, Dr.Daoed Joesoef pada tanggal 19 April 1982. Sebelum kesana sempat kepikiran kalo yang namanya museum pasti serem gitu kan suasananya. Over all sih emang nggak nyeremin suasananya, selain ada salah satu ruangan yang memajang lukisan situasi perang zaman dahulu. Temboknya dicat berwarna merah dan pencahayaannya dibuat redup gitu, jadi dapet banget deh suasana seremnya ampe aku hanya ngelewatin aja tanpa memperhatikan lukisannya satu persatu dan tak sempat ambil fotonya. Keburu merinding sih, hehehe.. Ditambah memang hanya kami berdua aja pengunjung yang tersisa disitu.

Begitu masuk ke ruangan pertama kita akan menjumpai ruangan yang memajang alat-alat di zaman prasejarah, replica hewan khas Sumatera Utara, dan tulang-tulangan gajah sumatera. Lalu kami berlanjut ke ruangan yang memajang foto-foto mantan Gubernur Sumatera Utara, ruangan yang memajang alat telekomunikasi zaman perang dahulu, mata uang jadul, terus ruangan serem yang memajang lukisan-lukisan yang aku certain sebelumnya, lalu ruangan yang memajang obat-obatan tradisional yang sudah diawetkan, dan alat-alat perang pada masa penjajahan dahulu.

Aku berfoto dengan hiasan dinding pada suku Nias yang namanya Lasara

Lalu kami berlanjut ke bagian kanan dari museum. Disana kita disambut dengan peti mati suku Nias yang terbuat dari kayu, lalu ada tiang yang digunakan suku Nias sebagai alat upacara adat yang namanya Saitagari. Lalu kita lanjut lagi akan melihat peti mati suku Nias yang terbuat dari batu. Lalu kami melanjutkan ke ruangan selanjutnya yaitu benda-benda sejarah yang berhubungan dengan agama-agama yang terdapat di Sumatera Utara. Pertama kita akan menemukan patung-patung dewa pada agama Budha, lalu terdapat Al Quran lama dan nisan-nisan pada agama Islam, lalu juga terdapat replika candi Bahal I.

Aku yang sok serius memperhatikan Saitagari

Setelah itu kita berlanjut ke ruangan yang menunjukkan kegiatan masyarakat Medan. Ada replika koko tiog hoa yang menjual obat-obatan china, terus ada bapak-bapak India yang menjual kain dan seorang pemuda India yang menjual susu. Hmm… sampai sekarang aku penasaran banget pengen ngerasain susu yang biasanya sering aku lihat dijual ama bapak-bapak dengan mengendarai motor. Tapi bingung gimana cara belinya, mana aku nggak punya temen orang India yang bisa dimintai tolong buat ngebeliin. Nah inilah akhir perjalanan kami di museum itu *ternyata di bagian atas gedung juga masih ada bagian yang kami lewatkan, ya sudahlah kapan-kapan kami pasti berkunjung lagi.

Aku berfoto bareng patung abang penjual susu

Duh jadi pengen punya museum di daerah kelahiranku, tapi terutama punya perpustakaan dahulu karena kalo diusahain masih bisa terwujud. *Mau punya duit seberapa juga pasti susah dong kalo bukan pemda yang menyelamatkan benda-benda bersejarah di kota kelahiranku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...