Adakah air mata berarti ketika dia tak pandai bermimpi?
Bukankah itu adalah hal yang sangat merugi kalau dia tidak punya mimpi barang sebuah saja?
Padahal ia sangat ingin memiliki mimpi
Tapi sampai saat ini pun ia tak tahu bagaimana caranya bermimpi.
Padahal dari pikirannya sering muncul banyak ide
Tapi kenapa ide-idenya itu tak bisa ia jadikan menjadi sebuah mimpi?
Sering muncul dibenaknya, sebenarnya apa yang diperlukan seseorang untuk bisa memimpikan sesuatu?
Semua jadi serba abu-abu di matanya.
Tak punya semangat, target tak ada, semua yang dilakukannya seakan karena harus, bukan karena dia mau.
Juga pernah terbesit di benaknya
Apakah bermimpi itu bisa dilakukan jika kita sudah bisa mencintai diri sendiri terlebih dahulu?
Lalu muncul lagi di benaknya, “ya ampun, bahkan arti dari mencintai diri sendiri saja aku tidak tahu, bagaimana bisa bermimpi?”
Lalu muncul lagi pertanyaan di benaknya
Apakah dia yang tidak berani bermimpi
Mungkinkah ia terlalu takut gagal, sehingga bermimpi pun ia tak berani
“Ouh… betapa pengecutnya aku, atau apa aku lebih cocok dipanggil pecundang ya?”
Ketika semua hal yang dia lakukan itu terasa seperti keharusan, dia jadi tidak bisa lagi mengira-ngira sebenarnya apa yang ia mau untuk dilakukan.
Ketika semua hal itu terasa sebagai sebuah keharusan, ia keseringan mengalami kebosanan di tengah jalan, bahkan tak jarang semua itu dilakukan hanya sampai pertengahan jalan dan terlantar begitu saja tanpa ada hasil yang pasti.
Apakah terlambat untuknya meliki mimpi sekarang?
Ketika semua berhenti di tengah jalan yang padahal seharusnya hal itu sudah selesai jauh sebelum hari ini.
Ia sebenarnya tahu, kalau ia harus maju ke depan, tapi ia sudah lelah untuk menjalani hal-hal yang sepertinya hanya menjadi keharusan baginya.
“Aku ingin punya mimpi”, ujarnya.
Foto diambil disini
Bukankah itu adalah hal yang sangat merugi kalau dia tidak punya mimpi barang sebuah saja?
Padahal ia sangat ingin memiliki mimpi
Tapi sampai saat ini pun ia tak tahu bagaimana caranya bermimpi.
Padahal dari pikirannya sering muncul banyak ide
Tapi kenapa ide-idenya itu tak bisa ia jadikan menjadi sebuah mimpi?
Sering muncul dibenaknya, sebenarnya apa yang diperlukan seseorang untuk bisa memimpikan sesuatu?
Semua jadi serba abu-abu di matanya.
Tak punya semangat, target tak ada, semua yang dilakukannya seakan karena harus, bukan karena dia mau.
Juga pernah terbesit di benaknya
Apakah bermimpi itu bisa dilakukan jika kita sudah bisa mencintai diri sendiri terlebih dahulu?
Lalu muncul lagi di benaknya, “ya ampun, bahkan arti dari mencintai diri sendiri saja aku tidak tahu, bagaimana bisa bermimpi?”
Lalu muncul lagi pertanyaan di benaknya
Apakah dia yang tidak berani bermimpi
Mungkinkah ia terlalu takut gagal, sehingga bermimpi pun ia tak berani
“Ouh… betapa pengecutnya aku, atau apa aku lebih cocok dipanggil pecundang ya?”
Ketika semua hal yang dia lakukan itu terasa seperti keharusan, dia jadi tidak bisa lagi mengira-ngira sebenarnya apa yang ia mau untuk dilakukan.
Ketika semua hal itu terasa sebagai sebuah keharusan, ia keseringan mengalami kebosanan di tengah jalan, bahkan tak jarang semua itu dilakukan hanya sampai pertengahan jalan dan terlantar begitu saja tanpa ada hasil yang pasti.
Apakah terlambat untuknya meliki mimpi sekarang?
Ketika semua berhenti di tengah jalan yang padahal seharusnya hal itu sudah selesai jauh sebelum hari ini.
Ia sebenarnya tahu, kalau ia harus maju ke depan, tapi ia sudah lelah untuk menjalani hal-hal yang sepertinya hanya menjadi keharusan baginya.
“Aku ingin punya mimpi”, ujarnya.
Foto diambil disini
tes tes..
BalasHapushoreeee... udah bsa di koment lagi.....
BalasHapus"Dia" dalam tulisan ini... adalah... SAYA.. :'(
BalasHapusNice posting....
okeh... salam kenal ya.
Efri
Salam kenal jg efri :D
BalasHapusMari sama-sama mencari mimpi dan berlari mengejarnya
ganaatte (/>o<)/
Salam kenal jg efri :D
BalasHapusMari sama-sama mencari mimpi dan berlari mengejarnya
ganaatte (/>o<)/
Salam sukses, terima kasih telah memberikan inspirasi..
BalasHapus